"Kebetulan pamannya ada yang seorang dokter, sehingga berusaha ”menormalkan”
kondisi tubuhnya. Meski sudah diberi hormon tersebut, tetap saja tidak berubah
dan suaranya sama dengan suara wanita."
Perubahan status dari laki-laki menjadi
perempuan masih mengundang kontroversi. Meski pengadilan mengabulkan, ada
pihak-pihak tertentu yang tidak sependapat. Namun, para pelaku merasa nyaman
dengan status barunya sebagai perempuan. Berikut laporannya.
MASIH ingat dengan Paula Wiwik Proboziwi, orang pertama yang melakukan operasi ganti kelamin di Jawa Tengah? Ya, dia kini merupakan salah satu PNS di lingkungan Pemkot Pekalongan. Kemudian wanita yang saat laki-laki bernama Paulus Prabowo tersebut juga merupakan penata rias kondang di Kota Batik.
MASIH ingat dengan Paula Wiwik Proboziwi, orang pertama yang melakukan operasi ganti kelamin di Jawa Tengah? Ya, dia kini merupakan salah satu PNS di lingkungan Pemkot Pekalongan. Kemudian wanita yang saat laki-laki bernama Paulus Prabowo tersebut juga merupakan penata rias kondang di Kota Batik.
Ketika ditanya soal langkah Agus Wardoyo asal Batang yang berubah menjadi
seorang wanita bernama Nadia Ilmira Arkadea, pemilik Salon Ranti yang berlokasi
di Jalan Kusuma Bangsa, Pekalongan Utara itu mengaku sangat mendukung. Bahkan
Mbak Wiwik, begitu dia sering disapa, mengatakan operasi penyesuaian yang
dilakukan Arkadea atau Dea sangat tepat. ”Saya tahu persis kenapa Dea melakukan
hal itu, karena saya juga pernah mengalaminya,” tandasnya.
Dia lalu menceritakan pengalamannya kenapa sampai bisa mengubah status menjadi seorang wanita. Sejak dilahirkan di Sleman, 13 Maret 1961, dirinya memang laki-laki. Namun setelah besar, ternyata perkembangannya tidak sesuai dengan yang dinginkan orang tuanya. Naluri kewanitaannya atau psikis menjadi perempuan lebih tinggi, sampai 76 persen sehingga tingkah lakunya juga seperti wanita.
Tahun 1975, waktu itu masih duduk dibangku SMP, pernah diberi hormon laki-laki. Kebetulan pamannya ada yang seorang dokter, sehingga berusaha ”menormalkan” kondisi tubuhnya. Meski sudah diberi hormon tersebut, tetap saja tidak berubah dan suaranya sama dengan suara wanita.
Tahun 1979, Mbak Wiwik pindah ke Kota Pekalongan dan 1980 menjadi PNS di kota itu yang mendaftar dengan menggunakan ijazah SMA. Karena sifat kewanitaannya sangat menonjol, maka selama menjadi PNS ketika masuk kantor mamakai gaun wanita. ”Kebetulan pimpinan saya, waktu itu Pak Wardoyo memahami, sehingga memerintahkan saya supaya saat masuk kerja memakai rok,” tandasnya.
Lebih kurang 10 tahun kemudian, dia bertekad melakukan operasi penyesuaian kelamin. Untuk melakukan operasi seperti itu memang butuh ”perjuangan” cukup berat. Pasalnya, wanita yang dinikahi Martin Van Zanwyck asal Belanda tahun 1996 itu harus izin kepada orang tua. Kemudian juga harus siap menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama masyarakat.
”Saya sangat bersyukur, karena orang tua sangat setuju dengan tekad saya melakukan operasi,” tandasnya lalu mengatakan operasi berlangsung pada tahun 1989 di RSUP Dr Kariadi, Semarang dengan biaya Rp 47 Juta.
Setelah operasi berlangsung lancar, lalu mengajukan permohonan untuk merubah nama yang semula Paulus Prabowo menjadi Paula Wiwik Proboziwi. Setahun kemudian, permohonannya dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Pekalongan.
Meski sudah berganti kelamin dan nama, Wiwik tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat. ”Kami hanya bisa berusaha, namun semuanya tergantung masyarakat karena mereka yang menilai kami,” tandasnya.
Selanjutnya dijelaskan, apa yang dilakukan Dea untuk berubah kelamin alasannya juga seperti yang dialaminya. Psikis kewanitaannya lebih banyak, sehingga meskipun harus mengeluarkan biaya sangat besar namun tetap bertekat menjadi seorang wanita.
Dorongan dan Hujatan
Setelah status Agus Wardoyo (30) disetujui Pengadilan Negeri Batang menjadi perempuan dan namanya diubah menjadi Nadia Ilmira Arkadea pada 22 Desember 2009, tanggapan dari masyarakat bermunculan. Ada yang menghujat dan ada pula yang memberikan ucapan selamat sekaligus memberikan dorongan atas pilihan perubahan status kelamin itu.
”Kalau kita pikirkan hujatan itu, memang menyedihkan. Namun, tidak perlu memikirkan itu, toh banyak juga orang yang memberikan dorongan pada saya,” kata Dea kepada Suara Merdeka belum lama ini.
Menurut dia, semestinya orang harus berpikir, bahwa semua itu ditakdirkan oleh Tuhan. ”Saya secara fisik memang dilahirkan sebagai laki-laki. Namun, naluri dan perilaku saya selalu terdorong ingin seperti wanita. Bahkan ketika masih kecil pun, saya tidak senang bermain-main seperti kaum laki-laki. Sebaliknya, saya selalu ingin seperti wanita,” aku anak pasangan Bambang Sugianto dan Witen, warga Kalilangse, Kelurahan Gajahmungkur Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang itu.
Dia mengaku tidak dipengaruhi dan didorong oleh siapapun. Hanya, ketika dirinya masih kecil dan dalam pengawasan orang tua dan keluarga, sedapat mungkin mengikuti kemauan keluarga, meski sebenarnya menolak untuk mengikuti kegiatan layaknya laki-laki.
Dalam suatu hari, dia pernah dipaksa kakaknya untuk bermain layang-layang. Namun Dea tidak bisa memainkan layang-layang sampai akhirnya dimarahi kakaknya.
Beranjak dewasa, ia mulai berani mengambil sikap. Ketika dirinya duduk di kelas 3 SMK Pariwisata Semarang, dia setiap pulang sekolah langsung ganti pakaian wanita yang sudah disiapkan dari rumah. ”Saya merasa sreg kalau memakai pakaian wanita,” ujarnya.
Dia mengaku berganti pakaian di rumah teman gengnya. Mereka mengerti dengan kondisi dirinya, sehingga ikut merahasiakan perilakunya kepada teman-teman.
Sejak itu, keluarganya mulai mengetahui kalau dia ingin menjadi wanita. Awalnya orang tua tak mau menerima keinginan anaknya, namun melalui perjuangan panjang akhirnya keluarga tidak mempermasalahkan lagi. Bahkan, upaya untuk operasi kelamin di RS Dr Soetomo Surabaya pun disetujui setelah pemeriksaan awal di RSUP Dr Kariadi Semarang. ”Awal pemeriksaan, kami diperiksa kromosom,” akunya.
Setelah lulus SMK, dia berani berdandan dan memakai pakaian wanita secara terbuka. Meski demikian, dia selalu bingung ketika harus mengisi data administrasi mengenai jenis kelamin pada kegiatan tertentu. ”Selama ini, kami selalu mengisi jenis kelamin pria. Namun, beruntung, selama bekerja, status kelamin tak ditanyakan,” ungkapnya.
Dea kelahiran Semarang, 16 Agustus 1979 itu memang dilahirkan sebagai anak cerdas. Setelah lulus SMK, dia kursus Bahasa Inggris. Ketika melamar di perusahaan furniture milik Amerika di Jepara, setelah diuji komputer dan bahasa Inggris dia langsung diterima.
”Saya senang, karena pengusaha asing itu tidak melihat status saya dalam lamaran. Rupanya, orang asing tak meributkan masalah status kelamin. Sepanjang keterampilan dan pengetahuan memenuhi, langsung bisa diterima sebagai karyawan,” tuturnya.
Di Jepara, Dea mengaku tak betah, sehingga kembali ke Semarang untuk melamar ke perusahaan ekspor furnitur. Pengusaha asal Denmark pun menerimanya. Namun, di perusahaan ini, lingkungannya kurang mendukung dan status dirinya selalu dipertanyakan. ”Dari pada kerja dalam kondisi tak enak, lebih baik saya mundur,” ujarnya.
Selama bekerja di perusahaan, dia mengaku pernah menjalin cinta sebanyak tiga kali. Kini, dia mengaku belum memiliki pacar. Dea mengaku awalnya pacar juga tidak tahu jika dirinya lelaki yang sudah dioperasi. Namun, lama-kelamaan, dia mengaku terus terang. Karena sudah saling mencintai, pacaran tetap berlanjut. (Kuswandi, Moch Achid Nugroho, Trias Purwadi-60)
Dia lalu menceritakan pengalamannya kenapa sampai bisa mengubah status menjadi seorang wanita. Sejak dilahirkan di Sleman, 13 Maret 1961, dirinya memang laki-laki. Namun setelah besar, ternyata perkembangannya tidak sesuai dengan yang dinginkan orang tuanya. Naluri kewanitaannya atau psikis menjadi perempuan lebih tinggi, sampai 76 persen sehingga tingkah lakunya juga seperti wanita.
Tahun 1975, waktu itu masih duduk dibangku SMP, pernah diberi hormon laki-laki. Kebetulan pamannya ada yang seorang dokter, sehingga berusaha ”menormalkan” kondisi tubuhnya. Meski sudah diberi hormon tersebut, tetap saja tidak berubah dan suaranya sama dengan suara wanita.
Tahun 1979, Mbak Wiwik pindah ke Kota Pekalongan dan 1980 menjadi PNS di kota itu yang mendaftar dengan menggunakan ijazah SMA. Karena sifat kewanitaannya sangat menonjol, maka selama menjadi PNS ketika masuk kantor mamakai gaun wanita. ”Kebetulan pimpinan saya, waktu itu Pak Wardoyo memahami, sehingga memerintahkan saya supaya saat masuk kerja memakai rok,” tandasnya.
Lebih kurang 10 tahun kemudian, dia bertekad melakukan operasi penyesuaian kelamin. Untuk melakukan operasi seperti itu memang butuh ”perjuangan” cukup berat. Pasalnya, wanita yang dinikahi Martin Van Zanwyck asal Belanda tahun 1996 itu harus izin kepada orang tua. Kemudian juga harus siap menyesuaikan diri dengan lingkungan, terutama masyarakat.
”Saya sangat bersyukur, karena orang tua sangat setuju dengan tekad saya melakukan operasi,” tandasnya lalu mengatakan operasi berlangsung pada tahun 1989 di RSUP Dr Kariadi, Semarang dengan biaya Rp 47 Juta.
Setelah operasi berlangsung lancar, lalu mengajukan permohonan untuk merubah nama yang semula Paulus Prabowo menjadi Paula Wiwik Proboziwi. Setahun kemudian, permohonannya dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Pekalongan.
Meski sudah berganti kelamin dan nama, Wiwik tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat. ”Kami hanya bisa berusaha, namun semuanya tergantung masyarakat karena mereka yang menilai kami,” tandasnya.
Selanjutnya dijelaskan, apa yang dilakukan Dea untuk berubah kelamin alasannya juga seperti yang dialaminya. Psikis kewanitaannya lebih banyak, sehingga meskipun harus mengeluarkan biaya sangat besar namun tetap bertekat menjadi seorang wanita.
Dorongan dan Hujatan
Setelah status Agus Wardoyo (30) disetujui Pengadilan Negeri Batang menjadi perempuan dan namanya diubah menjadi Nadia Ilmira Arkadea pada 22 Desember 2009, tanggapan dari masyarakat bermunculan. Ada yang menghujat dan ada pula yang memberikan ucapan selamat sekaligus memberikan dorongan atas pilihan perubahan status kelamin itu.
”Kalau kita pikirkan hujatan itu, memang menyedihkan. Namun, tidak perlu memikirkan itu, toh banyak juga orang yang memberikan dorongan pada saya,” kata Dea kepada Suara Merdeka belum lama ini.
Menurut dia, semestinya orang harus berpikir, bahwa semua itu ditakdirkan oleh Tuhan. ”Saya secara fisik memang dilahirkan sebagai laki-laki. Namun, naluri dan perilaku saya selalu terdorong ingin seperti wanita. Bahkan ketika masih kecil pun, saya tidak senang bermain-main seperti kaum laki-laki. Sebaliknya, saya selalu ingin seperti wanita,” aku anak pasangan Bambang Sugianto dan Witen, warga Kalilangse, Kelurahan Gajahmungkur Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang itu.
Dia mengaku tidak dipengaruhi dan didorong oleh siapapun. Hanya, ketika dirinya masih kecil dan dalam pengawasan orang tua dan keluarga, sedapat mungkin mengikuti kemauan keluarga, meski sebenarnya menolak untuk mengikuti kegiatan layaknya laki-laki.
Dalam suatu hari, dia pernah dipaksa kakaknya untuk bermain layang-layang. Namun Dea tidak bisa memainkan layang-layang sampai akhirnya dimarahi kakaknya.
Beranjak dewasa, ia mulai berani mengambil sikap. Ketika dirinya duduk di kelas 3 SMK Pariwisata Semarang, dia setiap pulang sekolah langsung ganti pakaian wanita yang sudah disiapkan dari rumah. ”Saya merasa sreg kalau memakai pakaian wanita,” ujarnya.
Dia mengaku berganti pakaian di rumah teman gengnya. Mereka mengerti dengan kondisi dirinya, sehingga ikut merahasiakan perilakunya kepada teman-teman.
Sejak itu, keluarganya mulai mengetahui kalau dia ingin menjadi wanita. Awalnya orang tua tak mau menerima keinginan anaknya, namun melalui perjuangan panjang akhirnya keluarga tidak mempermasalahkan lagi. Bahkan, upaya untuk operasi kelamin di RS Dr Soetomo Surabaya pun disetujui setelah pemeriksaan awal di RSUP Dr Kariadi Semarang. ”Awal pemeriksaan, kami diperiksa kromosom,” akunya.
Setelah lulus SMK, dia berani berdandan dan memakai pakaian wanita secara terbuka. Meski demikian, dia selalu bingung ketika harus mengisi data administrasi mengenai jenis kelamin pada kegiatan tertentu. ”Selama ini, kami selalu mengisi jenis kelamin pria. Namun, beruntung, selama bekerja, status kelamin tak ditanyakan,” ungkapnya.
Dea kelahiran Semarang, 16 Agustus 1979 itu memang dilahirkan sebagai anak cerdas. Setelah lulus SMK, dia kursus Bahasa Inggris. Ketika melamar di perusahaan furniture milik Amerika di Jepara, setelah diuji komputer dan bahasa Inggris dia langsung diterima.
”Saya senang, karena pengusaha asing itu tidak melihat status saya dalam lamaran. Rupanya, orang asing tak meributkan masalah status kelamin. Sepanjang keterampilan dan pengetahuan memenuhi, langsung bisa diterima sebagai karyawan,” tuturnya.
Di Jepara, Dea mengaku tak betah, sehingga kembali ke Semarang untuk melamar ke perusahaan ekspor furnitur. Pengusaha asal Denmark pun menerimanya. Namun, di perusahaan ini, lingkungannya kurang mendukung dan status dirinya selalu dipertanyakan. ”Dari pada kerja dalam kondisi tak enak, lebih baik saya mundur,” ujarnya.
Selama bekerja di perusahaan, dia mengaku pernah menjalin cinta sebanyak tiga kali. Kini, dia mengaku belum memiliki pacar. Dea mengaku awalnya pacar juga tidak tahu jika dirinya lelaki yang sudah dioperasi. Namun, lama-kelamaan, dia mengaku terus terang. Karena sudah saling mencintai, pacaran tetap berlanjut. (Kuswandi, Moch Achid Nugroho, Trias Purwadi-60)
Bertobatlah dari dosa crossdresser!!!
BalasHapusIslam
Di dalam etika Islam, seorang laki-laki menggunakan pakaian wanita atau sebaliknya seorang wanita menggunakan pakaian laki-laki adalah perkara yang dilarang. Hal ini berdasarkan kutipan:
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الرجل يلبس لبسة المرأة والمرأة تلبس لبسة الرجل "Rasulullah SAW melaknat lelaki yang berpakaian wanita dan wanita yang berpakaian laki-laki". (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ahmad, dan Ibnu Hibban Diriwayatkan dari Abu Hurairah)[1]
Sebagaimana yang telah diketahui secara umum, aurat yang harus ditutup oleh laki-laki berbeda dengan dan wanita yang harus mengenakan pakaian yang menutup aurat secara sempurna.[2] Larangan menyerupai lawan jenis ini tidak terbatas pada pakaiannya saja namun mencakup sikap, gaya bicara dan jalannya.[3]
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم التمشبهين من الرجال بالنساء والتشبهات من النساء بالرجال "Allah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki." (HR. Al-Bukhari, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas).
Tujuan pelarangan tersebut adalah sebagai penjagaan fitrah, kehormatan (muruah), dan sebagai bentuk hikmah.
Yahudi
Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, Allahmu.
—Ulangan 22:5
Source : Wikipedia
Bertobatlah dari dosa crossdresser!!!
BalasHapusIslam
Di dalam etika Islam, seorang laki-laki menggunakan pakaian wanita atau sebaliknya seorang wanita menggunakan pakaian laki-laki adalah perkara yang dilarang. Hal ini berdasarkan kutipan:
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الرجل يلبس لبسة المرأة والمرأة تلبس لبسة الرجل "Rasulullah SAW melaknat lelaki yang berpakaian wanita dan wanita yang berpakaian laki-laki". (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ahmad, dan Ibnu Hibban Diriwayatkan dari Abu Hurairah)[1]
Sebagaimana yang telah diketahui secara umum, aurat yang harus ditutup oleh laki-laki berbeda dengan dan wanita yang harus mengenakan pakaian yang menutup aurat secara sempurna.[2] Larangan menyerupai lawan jenis ini tidak terbatas pada pakaiannya saja namun mencakup sikap, gaya bicara dan jalannya.[3]
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم التمشبهين من الرجال بالنساء والتشبهات من النساء بالرجال "Allah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki." (HR. Al-Bukhari, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas).
Tujuan pelarangan tersebut adalah sebagai penjagaan fitrah, kehormatan (muruah), dan sebagai bentuk hikmah.
Yahudi
Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, Allahmu.
—Ulangan 22:5
Source : Wikipedia