Rabu, 17 Juli 2013

Crossdresser Female To Male


10 Fashion Item Pria yang Sering Dipakai Wanita – Kemeja longgar, jaket hoodie, dan kacamata hitam milik pria bisa dipakai kaum hawa. Itulah enaknya jadi wanita karena kita bisa bereksperimen dalam hal gaya, termasuk melakukan padu padan dengan fashion item milik pria.

Gaya busana maskulin pun sering jadi pilihan para wanita karena dianggap lebih praktis tapi elegan. Tak heran kalau banyak wanita yang saat berbelanja busana ikut melihat koleksi item untuk pria dan jika cocok, langsung membelinya.

Sebuah survei yang dilakukan MyVoucherCodes.co.uk mengungkap kalau sebanyak 64 persen wanita, pernah membeli busana dan aksesori pria untuk dirinya sendiri. Dan, seperti dikutip dari Gosip Artis Indonesia, ada 10 item yang paling sering dibeli dan dipakai, ini daftarnya:

1. Jumper
2. Blazer
3. Kacamata hitam
4. Kaus
5. Kemeja
6. Hoodie
7. Topi
8. Sports strip
9. Kaus kaki
10. Jins

Bagi yang sudah berpasangan, dari hasil survei mengungkap, kalau wanita lebih memilih untuk meminjam fashion item pasangannya. Apalagi kemeja-kemeja pria yang longgar, berukuran besar dan berbahan lembut, mudah sekali dipadu padan. Tinggal tambahkan belt besar, tampilan akan jadi sangat berbeda. Jadi, lihat dulu koleksi di lemari pasangan, siapa tahu ada busana yang bisa Anda pinjam.

Jadi lebih banyakan mana, Crossdress Female To Male (FTM) atau Male To Female (MTF) ??


Fetihism

Pengertian Fetihism
Fetisisme seksual, adalah gairah seksual seseorang menerima dari obyek fisik, atau dari sebuah situasi tertentu. Obyek disebut fetish, maka seseorang fetishist yang memiliki jimat untuk situasi objek. Sebuah fetish seksual dapat dianggap sebagai unsur untuk meningkatkan hubungan romantis/seksual "dicapai dengan cara yang biasa (misalnya memiliki pasangan mengenakan pakaian tertentu) "atau sebagai gangguan mental / gangguan preferensi seksual jika menyebabkan gangguan psikososial yang signifikan bagi orang tersebut atau memiliki efek merugikan pada daerah penting dari kehidupan mereka. 
 
Kata fetish berasal dari fétiche Perancis, yang berasal dari feitiço Portugis ("mantra"), yang pada gilirannya berasal dari bahasa Latin facticius ("buatan") dan facere ("untuk membuat"). Fetish adalah sebuah objek diyakini memiliki kekuatan supranatural, atau khusus, benda buatan manusia yang memiliki kekuasaan atas orang lain. Pada dasarnya, fetisisme adalah atribusi dari nilai yang melekat atau kekuatan suatu benda. Istilah "fetish erotis" dan "fetish seksual" pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Binet . Kadang-kadang, kata fetish dapat dianggap sinonim untuk "fetish seksual" (misalnya, bila digunakan dalam pornografi berdasarkan fetishes seksual). 
 
Jika fetish seksual menyebabkan gangguan psikososial yang signifikan bagi orang tersebut atau memiliki efek merugikan pada daerah penting dari kehidupan mereka, itu didiagnosis sebagai paraphilia di DSM . Banyak orang memeluk fetish mereka daripada mencoba pengobatan untuk membebaskan diri itu.. Kriteria Fetishisme dalam DSM-IV-TR :
1. Berulang, intens, dan terjadi dalam kurun waktu setidaknya enam bulan, fantasi, dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual berkaitan dengan penggunaan benda-benda mati.
2. Menyebabkan distress atau hendaya yang jelas dalam fungsi social atau pekerjaan
3. Benda-benda yang menimbulkan gairah seksual tidak terbatas pada bagian pakaian perempuan yang dikenakannya sebagai lawan jenis atau alat-alat yang dirancang untuk menstimulasi alat kelamin secara fisik, seperti vibrator. Kaki dan sepatu, stoking transfaran, benda-benda dari karet seperti jas hujan, sarung tangan, perlengkapan toilet, pakaian dari bulu, dan terutama celana dalam merupakan benda-benda yang umum digunakan untuk menimbulkan gairah seksual bagi para fetisis.
 
 
Penyebab fetishism adalah :
a. Kekurang mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan pergaulan bebas
b. Kecenderungan individu untuk tertarik hanya pada bagian tubuh tertentu, seperti pada rambut yang hitam atau kuku yang panjang sehingga apabila penderita bertemu dengan lawan jenis yang memiliki karakter bagian tubuh yang menarik dirinya, maka akan membuat dirinya terangsang secara seksual. Namun hambatan dalam penyesuaian diri mengandung unsur ketidakmampuan menjalin relasi social yang adekuat dengan lawan jenis yang memiliki bagian tubuh yang ia sukai.
 
Beberapa orang dapat melakukan tindakan fetishisme mereka sendirian secara diam-diam dengan membelai, mencium, membaui, menghisap, menempelkan di anus, atau hanya menatap benda-benda pemujaan tersebut seraya melakukan mastrubasi. Ada juga yang membutuhkan pasangan mereka untuk memakai fetis tersebut sebagai stimulant sebelum melakukan hubungan seksual.
 
Ketertarikan yang dirasakan fetis pada benda tersebut mengandung komponen kompulsif; hal itu dialami secara spontan dan tidak dapat ditahan olehnya. Pada budaya barat tingkat fokalisasi erotis-status eksklusif dan sangat istimewa yang dimiliki benda tersebut sebagai stimulan seksual-itulah yang membedakan fetishisme dengan ketertarikan normal para lelaki heteroseksual.
 
 
Tingkatan pada Kelainan Seksual Fetishism 
Seperti yang sudah disampaikan pada tulisan sebelumnya, fetishme merupakan salah satu dari penyimpangan/ kelainan seksual, dimana individu dalam melakukan aktivitas seksual melibatkan barang-barang tertentu. Bila benda-benda yang menyertai aktivitas tersebut tidak ada, maka individu tidak bergairah atau kehilangan libido seksualnya.
 
Fetishisme pada umumnya dapat diterima oleh masyarakat selama tidak terjadinya kekerasaan akibat pemaksaan keinginan salah satu pasangan. Pria akan membeli objek-objek yang menjadi fantasinya untuk digunakan oleh pasangannya, wanita kebanyakan tidak keberatan dengan aksesoris tersebut selama tidak membuatnya tersiksa, hal lain juga dianggap sebagai bentuk dari variasi seks. Namun fetishme ini bisa menjadi suatu kelainan yang berbahaya bila perilakunya mulai ekstrim, berikut ini ada beberapa tingkatan fetishme menurut keparahan penyimpangannya:
1. Tingkat pertama: Pemuja (Desires). Ini adalah tahap awal. Tidak terlalu terpengaruh atau fetish tidak terlalu mengganggu pikiran seseorang. Contohnya adalah saat seorang pria mengidamkan wanita dengan payudara yg besar, rambut pirang, atau berbibir tipis. Namun bila pria ini tidak mendapatkan wanita yg diimpikannya itu, dia tidak akan terlalu mempermasalahkannya dan hubungan seksual dengan wanita itu tetap berjalan normal.
2. Tingkat kedua : Pecandu (Cravers). Ini adalah tingkatan lanjutan dari tingkat awal. Saat seseorang Fetishist telah mencapai tahap ini, psikologi orang ini akan membuat dirinya "amat membutuhkan" pasangan dengan fetish tertentu yg didambakannya. Bila hal itu tidak dapat terpenuhi, akan mengganggu hubungan seksual orang ini, misalnya hilang hasrat seksual atau tidak tercapainya orgasme / klimaks.
3. Tingkat III : Fetishist Tingkat Menengah. Ini termasuk tingkat yang berbahaya, Fetishist akan melakukan apapun demi mendapakan fetish yg dia inginkan dengan menculik, menyiksa, atau hal2 sadis lainnya. Hasrat seksual Fetishist ini hanya akan terlampiaskan dengan seseorang yg memiliki bagian yg dia inginkan tidak peduli itu lawan jenis atau sejenis.
4. Tingkat IV : Fetishist Tingkat Tinggi. Lebih sadis dari tingkat ketiga, pada tingkat ini seseorang tidak akan peduli dengan hal lain di luar fetish-nya. Misal Fetish seseorang adalah stocking wanita, maka dia tidak membutuhkan wanita itu, hanya stockingnya saja :hammer:. Dan yg lebih parah adalah bila Fetish seseorang adalah bagian tubuh, dia hanya membutuhkan bagian tubuh orang itu saja dan tidak peduli dengan orang yg memiliki bagian tubuh itu sendiri.
5. Tingkat V : Fetishistic Murderers. Pada tingkat ini memang sudah parah sekali. Seorang fetishme rela membunuh, memutilasi, demi mendapatkan fetish yg dia inginkan. Penyakit psikologis ini bisa sembuh dengan terapi psikologis dan pengobatan kejiwaan lainnya. Tergantung dari tingkat Fetishist itu sendiri.
 
Sigmund Freud percaya bahwa fetishisme seksual pada pria yang berasal dari ketakutan bawah sadar alat kelamin ibu, dari rasa takut yang universal pria pengebirian, dan dari fantasi laki-laki bahwa ibunya punya penis tetapi hal itu telah dipotong. Dia tidak membahas fetisisme seksual pada wanita. 
 
Behaviorisme fetisisme ditelusuri kembali ke pengkondisian klasik dan muncul dengan teori-teori khusus banyak. Tema umum berjalan melalui semua dari mereka adalah bahwa rangsangan seksual dan objek fetish disajikan secara bersamaan menyebabkan mereka harus terhubung dalam proses pembelajaran. Hal ini mirip dengan teori awal Binet, meskipun berbeda dalam bahwa menentukan asosiasi untuk pengkondisian klasik dan daun keluar setiap penilaian tentang patogenisitas. Teori stimulus Super menekankan bahwa fetish bisa menjadi hasil dari generalisasi. Sebagai contoh, hanya dapat kulit mengkilap yang membangkitkan seseorang pada awalnya, tetapi dalam waktu rangsangan lebih umum, seperti lateks mengkilap, mungkin memiliki efek yang sama. Masalah dengan teori semacam itu adalah bahwa pengkondisian klasik biasanya membutuhkan banyak pengulangan, tetapi formulir ini akan memerlukan hanya satu. Untuk menjelaskan hal ini teori kesiapan diajukan, itu menyatakan bahwa bereaksi terhadap suatu objek dengan gairah seksual bisa menjadi hasil dari proses evolusi, karena reaksi tersebut dapat terbukti bermanfaat untuk kelangsungan hidup. Dalam menunjuk ke bagaimana perilaku seksual yang dikondisikan dapat bertahan dari waktu ke waktu, seseorang dapat mengutip bagaimana, pada tahun 2004, ketika burung puyuh dilatih untuk bersanggama dengan sepotong kain terry, pengkondisian mereka didukung melalui pengulangan yang sedang berlangsung. 
 
Karena pengkondisian klasik tampaknya tidak mampu untuk menjelaskan bagaimana perilaku AC tetap hidup selama bertahun-tahun, tanpa pengulangan apapun, beberapa behavioris yang datang dengan teori bahwa fetishisme merupakan hasil dari suatu bentuk khusus dari pengkondisian, yang disebut imprinting . Pengkondisian seperti yang terjadi selama waktu tertentu pada anak usia dini di mana orientasi seksual dicantumkan ke dalam pikiran anak dan tinggal di sana selama sisa hidupnya. 
 
Berbagai ahli saraf menunjukkan fetisisme yang dapat menjadi hasil dari hubungan lintas saraf antara daerah tetangga di otak manusia. Sebagai contoh, pada tahun 2002 Vilayanur S. Ramachandran menyatakan bahwa pemrosesan input sensoris wilayah dari kaki terletak tepat di samping kawasan pengolahan rangsangan seksual. 
 
Hari ini, psikodinamika telah berpisah dengan ide mengusulkan satu penjelasan untuk semua fetishes pada waktu yang sama. Sebaliknya, berfokus pada satu bentuk fetisisme pada waktu dan masalah individu pasien. Selama dekade terakhir, berbagai studi kasus telah dipublikasikan di mana fetisisme berhasil dapat dikaitkan dengan masalah emosional. Beberapa berpendapat bahwa kurangnya cinta orangtua menyebabkan seorang anak kasih sayang untuk memproyeksikan benda mati, yang lain negara dalam persetujuan dengan model Freud perkembangan psikoseksual yang dini penindasan seksualitas dapat menyebabkan seorang anak terjebak dalam fase fana. Salah satu mekanisme pertahanan Freud, perpindahan, adalah pengalihan dorongan ke target pengganti. Seseorang yang merasa tidak nyaman dengan hasrat seksual mereka untuk orang yang nyata karena dapat mengganti sebuah fetish
 
 
Teori modern dan pengobatan
Psikolog dan praktisi medis menganggap fetisisme sebagai variasi normal seksualitas manusia . Bahkan mereka yang adalah bentuk orientasi potensi fetisisme biasanya dianggap unobjectionable asalkan semua orang yang terlibat merasa nyaman. Hanya jika kriteria diagnostik disajikan secara rinci di bawah terpenuhi adalah diagnosis medis dari fetisisme dibenarkan. Kriteria utama adalah bahwa fetishist yang sakit hanya jika ia menderita kecanduan, bukan hanya karena kecanduan itu sendiri. 
 
 
Diagnosa
Menurut DSM-IV-TR , fetisisme adalah penggunaan benda-benda tak hidup sebagai stimulus untuk mencapai gairah seksual atau kepuasan. (Ini hanya berlaku jika benda tersebut tidak secara khusus dirancang untuk stimulasi seksual (misalnya, vibrator).) Yang sesuai DSM-kode untuk fetisisme adalah 302,81; kriteria diagnostik pada dasarnya sama dengan ICD. Dalam manual DSM, semua kriteria diagnostik yang diberikan pada bagian yang sesuai dari buku teks, yaitu, di sini ada pengolahan hirarkis diperlukan. 
 
Kedua definisi adalah hasil dari diskusi panjang dan beberapa revisi. Masih hari ini, argumen pergi pada apakah fetisisme diagnosis spesifik diperlukan sama sekali atau jika paraphilia seperti cukup. Beberapa menuntut bahwa diagnosis dihapuskan sepenuhnya untuk fetishists tidak lagi menstigmatisasi, proyek misalnya ReviseF65 . Lain-lain permintaan yang ditentukan bahkan lebih banyak untuk mencegah para ilmuwan dari membingungkan dengan penggunaan populer dari istilah fetisisme. Dan peneliti lain berpendapat bahwa itu harus diperluas untuk mencakup orientasi seksual lainnya, seperti kecanduan kata-kata atau kebakaran. Kebanyakan dokter tidak akan mengatakan bahwa seorang pria yang menemukan seorang wanita menarik karena ia mengenakan sepatu hak tinggi, stoking berenda atau korset memiliki jimat yang abnormal. 
 
 
Prevensi
Ada dua pengobatan untuk fetisisme: terapi perilaku kognitif dan psikoanalisis .
Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang tanpa menganalisa bagaimana dan mengapa hal tersebut muncul. Daripada berfokus pada asal-usul fetishes, terapi perilaku kognitif dibangun pada studi empiris dari intervensi yang meringankan penderitaan yang terkait dengan mereka. 
 
Terapi perilaku kognitif terutama berfokus pada membantu menyetel pasien ke pikiran-pikiran otomatis yang mempengaruhi suasana hati pasien dan perilaku. Sebagai pasien menjadi lebih menyadari pikiran otomatis mereka, mereka belajar untuk mengubah pikiran irasional dan menyelesaikan kontradiksi yang menyebabkan stres. Tujuan umum dari terapi kognitif dalam pengobatan fetishes adalah membantu pasien menyadari irasionalitas mengidentifikasi dengan fetish tidak disukai, bentuk globalisasi kognitif yang sering menyebabkan penilaian diri. 
 
Berikut ini adalah terapi perilaku kognitif tidak dan tidak harus bingung dengan hal itu: Satu teknik terapi adalah permusuhan pengkondisian , yang memerlukan menyajikan pasien dengan stimulus menyenangkan dengan fetish secepat gairah seksual dimulai. Teknik lain yang disebut terapi berhenti berpikir , di mana terapis meminta pasien untuk memikirkan fetish dan tiba-tiba berteriak "berhenti!". Pasien akan terganggu, garis pemikiran mereka rusak. Setelah menganalisis efek dari istirahat tiba-tiba bersama-sama, terapis akan mengajarkan pasien untuk menggunakan teknik ini dengan dirinya sendiri untuk menginterupsi pemikiran tentang fetish dan dengan demikian menghindari perilaku yang tidak diinginkan. 
 
 
Obat
Berbagai obat-obatan farmasi yang tersedia yang menghambat produksi steroid seks , khususnya laki-laki testosteron dan wanita estrogen . Dengan memotong menurunkan tingkat steroid seks, gairah seksual berkurang. Jadi, secara teori, seseorang mungkin mendapatkan kemampuan untuk mengontrol fetish dan cukup memproses pikiran mereka sendiri tanpa terganggu oleh rangsangan seksual. Juga, aplikasi dapat memberikan bantuan orang dalam kehidupan sehari-hari, memungkinkan mereka untuk mengabaikan fetish dan mendapatkan kembali ke rutinitas sehari-hari. Penelitian lain mengasumsikan bahwa fetish telah mungkin seperti gangguan obsesif-kompulsif, dan telah melihat ke dalam penggunaan obat-obatan psikiatri (serotonin reuptake inhibitor dan penghambat dopamin) untuk pengontrolan parafilia yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi. 
 
Meskipun penelitian yang sedang berlangsung telah menunjukkan hasil positif dalam studi kasus tunggal dengan sebagian obat, misalnya dengan topiramate , [11] belum ada obat apapun yang menangani fetishisme itu sendiri. Karena itu, perawatan fisik hanya cocok untuk mendukung salah satu metode psikologis. 
 
 
Jenis kelamin
Sebagian besar materi pada fetishisme ini mengacu pada heteroseksual pria, dengan sebagian besar benda yang fetishized item yang sangat feminin seperti pakaian, kaus kaki, dan sepatu bertumit tinggi . Sebaliknya, bagi laki-laki homoseksual sebagian besar objek fetishized cenderung sangat maskulin. 
 
Namun, peta visual dari fetishes terkait di bawah bendera beberapa cluster memiliki sejumlah pengagum perempuan, seperti korset dan beberapa medis terkait fetishes. Preferensi fetishists perempuan tidak selalu merupakan bayangan cermin dari orang-orang fetishists laki-laki; hanya karena banyak pria tertarik pada wanita dengan sepatu hak tinggi, itu tidak selalu berarti ada banyak wanita tertarik pada pria dalam sepatu bot konstruksi. 
 
Penyimpangan buku Perempuan, yang juga dibahas korset dan memotong diri , sebagian membahas "kekedian perempuan". Ini memberikan contoh baik dari perempuan yang menjadi gembira dengan berpakaian dalam " Butch cara ", yaitu analog dengan fetisisme waria laki-laki, dan perempuan yang terangsang dengan berpakaian secara sangat" femme cara ", yang disebut sebagai homeovestism
.


Sumber  : Fetihism

TRANSVESTIC FETIHISM


I.    Deskripsi  
            Bila seorang laki-laki mengalami gairah seksual dengan memakai pakaian perempuan, meskipun ia tetap merasa sebagai laki-laki, kondisi ini disebut transvestic fetishism. Praktik transvestik bervariasi, dimulai dari memakai pakaian dalam perempuan dibalik pakaian konevensional hingga memakai pakaian perempuan lengkap. Beberapa transvestit menyukai muncul di depan umum sebagai perempuan; beberapa peniru penampilan perempuan tersebut menjadi artis panggung diklub-klub malam, memberikan kesenangan bagi banyak orang yang konvesional dalam hal seks dengan menonton terampil.meskipun demikian, kecuali bila memakai pakaian lawan jenis berhubungan dengan gairah seksual, para peniru tersebut tidak dianggap transvestik. Transvestisme jangan dicampur adukkan dengan mamakai pakaian lawan jenis yang berhubungan dengan gangguan identitas gender atau dengan kecenderungan/ minta memakai pakaian lawan jenis pada beberapa homoseksual.
  Transvestic Fetihism biasanya diawali dengan separuh memakai pakaian lawan jenis dimasa kanak-kanak atau remaja. Para transvestic adalah heteroseksual, selalu laki-laki dan secara umum hanya memakai pakaian lawan jenis secara episodic, bukan secara rutin. Di luar itu mereka cenderung berpenampilan, berperilaku dan memiliki minat seksual maskulin.
            Banyak yang menikah dan menjalani dan menjalani kehidupan yang konvensional. Memakai pakaian lawan jenis biasanya dilakukan sendirian dan secara diam-diam dan hanya diketahui oleh sedikit anggota keluarga.
            Fetisisme transvestic didiagnosis pada pria heteroseksual yang mengalami "berulang, fantasi seksual membangkitkan intens, dorongan seksual, atau perilaku yang melibatkan cross-dressing" (American Psychiatric Association, 1994). Sebuah perbedaan dibuat antara kekedian (cross-dressing) dan fetisisme transvestic. Berbagai orang silang-gaun tapi perilaku tidak dianggap fetish kecuali salib-ganti dikaitkan dengan perasaan seksual. Sebagai contoh, transeksual, atau orang yang merasa bahwa seks eksternal mereka tidak sesuai identitas gender internal mereka, bisa lintas-gaun agar merasa lebih kongruen dengan identitas gender mereka, tetapi tidak menemukan cross-dressing gairah seksual.
            Sangat sedikit studi yang telah dipublikasikan tentang fetisisme transvestic dan orang-orang yang sering dikelompokkan fetishists transvestic dengan waria yang mengalami sedikit atau tidak ada gairah seksual dari cross-dressing. Dokter dan Pangeran (1997) mensurvei 1.032 waria pria antara 1990 dan 1992. Mereka menemukan bahwa 40% responden menemukan cross-dressing "sering" atau "hampir selalu" seksual menarik namun hanya 9% menggambarkan diri mereka sebagai Sementara menjaga dalam pikiran "fetishist [yang] pakaian wanita disukai itu." Sehingga tidak jelas apa yang persentase subjek akan memenuhi kriteria DSM-IV untuk fetisisme transvestic, karakteristik berikut dilaporkan. Responden berkisar di usia 20 sampai 80 tahun, tinggal di seluruh Amerika Serikat, dan melaporkan berbagai afiliasi agama (24% Katolik, 38% adalah Protestan, 3% orang Yahudi, 10% agnostik, dan 25% adalah dengan afiliasi agama lain). Mayoritas responden berpendidikan (65% memiliki setidaknya gelar BA), dalam hubungan berkomitmen, dan punya anak. Dari mereka saat menikah, 83% melaporkan bahwa istri mereka menyadari kecenderungan transvestic mereka saat ini, tetapi hanya 28% diterima perilaku. Sebagian besar melaporkan orientasi heteroseksual (87%) meskipun 29% dilaporkan memiliki pengalaman homoseksual. Mayoritas responden mulai cross-dressing sebelum usia 10 (66%) atau antara usia 10 dan 20 (29%), telah dibesarkan oleh kedua orang tua (76%), dan melaporkan bahwa ayah mereka "memberikan citra maskulin yang baik" ( 76%)
            Beberapa kasus telah melaporkan pria dengan fetisisme transvestic yang telah ayah atau saudara yang juga lintas-berpakaian. Sejak kasus begitu sedikit dari keluarga co-kejadian telah dilaporkan dalam literatur, dan karena terjadinya fetisisme transvestic pada populasi umum tidak diketahui, tidak jelas apakah lingkungan keluarga dan / atau genetika berkontribusi pada kemungkinan mengembangkan crossdressing. Fetisisme transvestic dikaitkan dengan ketidakmampuan belajar, dan beberapa kasus fetisisme transvestic telah dikaitkan dengan kelainan lobus temporal (Zucker & Blanchard, 1997).
            Sejumlah penelitian telah dipublikasikan memeriksa penyebab psikososial fetisisme transvestic namun sebagian besar memiliki kelemahan metodologis yang serius yang membatasi menarik kesimpulan percaya diri. Beberapa studi menunjukkan bahwa remaja tersebut dengan kecenderungan fetisisme transvestic mungkin memiliki sejarah pemisahan dari dan permusuhan terhadap ibu mereka. Crossdressing dapat berfungsi sebagai sarana untuk membuat koneksi dengan perempuan, bahkan jika koneksi yang sering melibatkan beberapa ekspresi kemarahan dan permusuhan (Zucker & Blanchard, 1997)
            Transvestic fetishism didefinisikan oleh buku pegangan kesehatan mental profesional, Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi keempat, revisi teks (2000), yang juga disebut DSM-IV-TR, sebagai salah satu parafilia. Para parafilia adalah kelompok gangguan mental yang ditandai oleh obsesi dengan praktik seksual yang tidak biasa atau dengan aktivitas seksual yang melibatkan nonconsenting atau mitra yang tidak pantas (seperti anak-anak atau hewan).
            Menurut DSM-IV, dalam rangka untuk dapat didiagnosis dengan paraphilia, seseorang harus menunjukkan fitur berikut:
1.      "berulang, gairah seksual fantasi intens, dorongan seksual, atau perilaku umumnya melibatkan 1) objek bukan manusia, 2) penderitaan atau penghinaan dari diri sendiri atau salah satu pasangan, atau 3) anak-anak atau orang nonconsenting lainnya, yang terjadi selama setidaknya 6 bulan. "
2.      Perilaku, dorongan seksual, atau fantasi menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan di bidang sosial, bidang penting kerja, atau fungsi.

Fitur penting dari fetisisme transvestic berulang dorongan seksual intens dan membangkitkan fantasi seksual yang melibatkan berpakaian dalam pakaian terkait dengan anggota lawan jenis. Istilah lain untuk fetisisme tranvestic adalah cross-dressing; orang yang sering terlibat dalam cross-dressing kadang-kadang disebut waria.
Diagnosis fetisisme transvestic dibuat hanya jika seorang individu telah bertindak pada dorongan ini atau tertekan tajam oleh mereka. Dalam sistem klasifikasi kejiwaan lainnya, fetisisme transvestic dianggap sebagai penyimpangan seksual.
Bagi beberapa orang yang didiagnosis dengan fetisisme transvestic, fantasi atau rangsangan yang berhubungan dengan cross-dressing selalu mungkin diperlukan untuk gairah erotis dan selalu termasuk dalam aktivitas seksual, jika tidak benar-benar bertindak keluar sendiri atau dengan pasangan. Pada pasien lain, cross-dressing mungkin terjadi hanya episodik, misalnya, selama periode stres. Di lain waktu orang tersebut mampu berfungsi secara seksual tanpa fetish transvestic atau rangsangan terkait.

II.    Penyebab Dan Gejala
2.1  Penyebab
            Dasar untuk fetish transvestic adalah mendapatkan kepuasan seksual dengan berpakaian dalam yang tepat untuk lawan jenis. Penyebabnya mungkin rasa ingin tahu remaja. Seseorang dengan fetish transvestic mungkin tidak menyadari akar-akarnya. Fetisisme transvestic kadang-kadang dimulai ketika anak muda mencoba memakai baju dari kakak atau ibunya. Kegiatan dilanjutkan karena itu menyenangkan tetapi alasan untuk kenikmatan tetap tak sadar.
Dalam kasus lain ibu anak mungkin memulai cross-dressing dengan berpakaian seolah-olah dia seorang gadis. Perilaku ini kadang-kadang terkait dengan kemarahan ibu pada pria atau preferensi untuk memiliki anak perempuan daripada anak laki-laki.
Orang dengan fetishes transvestic tidak boleh dianggap homoseksual. Menurut DSM-IV-TR, kebanyakan pria yang berlatih cross-dressing pada dasarnya heteroseksual dalam orientasi mereka. Beberapa memiliki hubungan seksual dengan pria lain sesekali

2.2     Gejala
        Gejala awal dari fetisisme transvestic melibatkan menyentuh atau memakai item pakaian yang dianggap biasanya feminin. Ini merupaka awal dari ketertarikan yang berkembang menjadi memakai pakaian atau barang lainnya yang dapat disembunyikan dari pandangan orang lain sambil memberikan gairah bagi pemakainya. Seiring waktu, tingkat berpakaian pakaian wanita mengembang, terkadang ke titik berpakaian sebagai seorang wanita secara teratur. Sebuah fetish transvestic dikembangkan sering melibatkan menata rambut feminin dan penggunaan kosmetik wanita dan aksesoris.
        Pada beberapa orang didiagnosis dengan fetisisme transvestic, motivasi untuk cross-dressing dapat berubah dari waktu ke waktu dari pencarian untuk kegembiraan seksual untuk bantuan sederhana dari stres, depresi, atau kecemasan.
        Dalam beberapa kasus, orang dengan fetish transvestic menemukan bahwa mereka tidak bahagia dengan seks biologis mereka, kondisi yang dikenal sebagai disforia gender. Mereka mungkin memilih untuk memiliki prosedur hormonal dan pembedahan untuk mengubah tubuh mereka. Beberapa orang mungkin memilih untuk menjalani operasi penugasan kembali jender. Insiden disforia gender dan penugasan kembali jender selanjutnya antara orang-orang didiagnosis dengan fetisisme transvestic tidak diketahui.

2.3     Diagnosa
        Orang dengan fetisisme transvestic mungkin atau mungkin tidak mencari psikoterapi pada account mereka sendiri. Dalam beberapa kasus, pasien telah setuju untuk berkonsultasi psikiater karena istri atau pacar yang tertekan oleh cross-dressing. Diagnosis sebenarnya fetisisme transvestic ini paling sering dibuat dengan mengambil sejarah atau dengan pengamatan langsung.
        Diagnosis dibuat hanya jika pasien telah nyata tertekan oleh ketidakmampuan untuk berpakaian sedemikian rupa atau jika gangguan ini mengganggu pendidikan, pekerjaan, atau kehidupan sosial. Dressing dalam pakaian wanita untuk acara-acara seperti Halloween atau pesta kostum tidak cukup untuk diagnosis fetisisme transvestic.

2.4  Sudut Pandang
a.      Biologi
      Karena sebagian besar penderita paraphilia adalah laki-laki, terdapat spekulasi bahwa gormon endogren, hormon utama pada laki-laki berperan dalam gangguan ini. Karena janin manusia pada awalnya terbentuk sebagai perempuan dan terbentuk laki-laki ditimbulkan oleh pengaruh hormonal, mungkin dapat terjadi suatu kesalahan dalam perkembangann janin. Berkaitan dengan perbedaan otak, suatu disfungsi pada lobus temporalis dapat memiliki relevansi dengan sejumlah kecil kasus sadism dan ekshobisionisme (mason, Murphy 1997).

b.      PsikoSosioKultural
      Paraphilia dipandang oleh para teoritikus sebagai sebagai tindakan defensive, melindungi ego agar tidak menghadapi rasa takut, memori yang direpres dan mencerminkan fiksasi di tahap pregenital dalam perkembangan psikoseksual. Orang yang nmenghidap parafilia dipandang sebagai orang yang merasa takut terhadap hubungan heteroseksual yang wajar, bahkan terhadap hubungan heteroseksual yang tidak melibatkan seks. Perkembangan social dan seksualnya (umumnya laki-laki) tidak matang, tidak berkembang, dan tidak memadai untuk dapat menjalani hubungan social dan heterokseksual orang dewasa umumnya (Lanyon, 1986).
Pada Transvestic Fetihism banyak ditemukan bahwa pada masa kanak-kanak banyak yang menjadi korban penolakan orang tua, terutama oleh sosok ibu. Disaat melihat saudara perempuan mendapat perhatian lebih yang membuat penderita Transvestic Fetihism merasa nyaman bila ia bisa memakai pakaian saudara perempuannya

c.       Perspektif Behavioristik
      Interpretasi behavioral yang paling sederhana terhadap penyimpangan seksual adalah penyimpangan tersebut merupakan hasil dari proses conditioning terhadap pengalaman seksual pada masa kecil, secara khusus masturbasi, yang kemudian menjadi stimulus yang berbeda ketika muncul.
      Paraphilia menurut perspektif behavioristik merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, berkembangnya rangsangan saat memakai pakaian wanita sejak kecil. Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan transvestic.

d.      Perspektif Cognitive-Behavioral
      Beberapa paradigma behavioral berpendapat bahwa parafilia terjadi karena pengondisian klasik yang terjadi secara tidak sengaja yang menghubungkan gairah seksual dengan sekelompok stimuli yang diperoleh sebagai stumuli yang tepat.
      Contohnya, beberapa ahli klinis yang menganut prespektif kognitif perilaku dan bebeapa pendapat psikodinamika menganggap transvetisme sebagai pelarian seorang laki-laki dari tanggung jawab yang dianggapnya dibebankan padanya semata-mata karena ia seorang laki-laki. Maka kemudian, pakaian perempuan diyakini memiliki makna khusus bagi laki-laki transvesit di luar gairah seksual yang dirasakannya dengan memakainya. Mungkin peran gender yang tidak terlalu kaku akan mengubah makna pakaian perempuan bagi laki-laki semacam itu.
      Berdasarkan perspektif pengondisian operant, Banyak parafilia yang dianggap diakibatkan sebagai keterampilan yang tidak memadai atau penguatan oleh orang tua atau kerabat terhadap ketidak wajaran perilaku. Contohnya riwayat kasus transvestite seringkali mengungkapkan insiden dimasa kanak-kanak dimana pada masa itu sering kali dipuji dan diperhatikan secara berlebihan karena terlihat lucu memakai pakaian saudara perempuannya.

2.5 Prognosis
        Prognosis untuk pengobatan fetisisme transvestic adalah miskin, seperti orang kebanyakan dengan gangguan ini tidak keinginan untuk berubah. Kebanyakan kasus di mana pengobatan dituntut oleh pasangan sebagai kondisi terus dalam pernikahan tidak berhasil. Prognosis untuk penyesuaian pribadi yang baik, Namun, sebagai orang dengan fetish transvestic dan kegiatan terkait yang biasanya tidak mengganggu orang lain.

2.6 Prevensi
        Kebanyakan ahli setuju bahwa gender menyediakan bimbingan yang tepat dalam situasi budaya yang tepat akan mencegah pembentukan fetish transvestic. Asal dari beberapa kasus mungkin kekedian hubungan acak antara pakaian pantas untuk gender sendiri dan kepuasan seksual. Tidak ada cara yang dapat diandalkan untuk memprediksi pembentukan asosiasi tersebut. Pengawasan selama  masa kanak-kanak dan remaja, dikombinasikan dengan penerimaan dari seks biologis anak, dapat menjadi penghalang terbaik yang orang tua dapat menyediakan.

2.6 Treatment
        Terapis perilaku telah menggunakan pengkondisian permusuhan untuk menimbulkan reaksi emosional negatif terhadap rangsangan paraphilic atau fantasi. Dalam kondisi permusuhan, stimulus yang menimbulkan gairah seksual (misalnya, celana) berulang kali dipasangkan dengan stimulus aversif (misalnya, sengatan listrik) dalam keyakinan stimulus aversif akan mendapatkan sifat-sifat. Keterbatasan dasar pengkondisian permusuhan adalah bahwa hal itu tidak membantu individu memperoleh perilaku yang lebih adaptif di tempat pola respon maladaptif.  Pada suatu titik .... Ketika kenikmatan seksual terangsang, gambar aversif disajikan .... Contoh mungkin termasuk pedophiliac fellating anak, tetapi menemukan luka bernanah pada penis anak laki-laki, sebuah pamer mengekspos seorang wanita tapi kemudian tiba-tiba menjadi ditemukan oleh istrinya atau polisi; atau pedophiliac meletakkan anak muda turun di lapangan, hanya untuk berbaring di sampingnya di sebuah tumpukan kotoran anjing. (Maletzky, 1980, p.308)
        Maletzky menggunakan ini perawatan mingguan selama 6 ngengat, kemudian diikuti dengan "sesi booster" setiap 3 bulan selama periode 3 tahun. Prosedur ini menghasilkan setidaknya penurunan 75% dari kegiatan menyimpang dan fantasi lebih dari 80% dari subyek di follow-up jangka waktu sampai 36 bulan. Pengobatan sama efektifnya untuk diri sendiri dan pengadilan disebut klien

-          Terapi kognitif-perilaku:
Seperti terapi kebencian, sering digunakan untuk mengobati parafilia. Stimulus membangkitkan dipasangkan dengan stimulus aversif seperti shock atau bau berbahaya sampai perilaku paraphilic tidak lagi menghasilkan gairah seksual. Sebuah tinjauan dari sedikit studi dan laporan kasus yang dipublikasikan, menunjukkan bahwa keengganan terapi sendiri adalah efektif dalam mengurangi gairah, tetapi bahwa tingkat kekambuhan tinggi (Kilmann et al., 1982). Baru-baru ini, bentuk-bentuk lain dari terapi kognitif-perilaku seperti sensitisasi terselubung atau rekondisi orgasmik yang digunakan. Orgasme rekondisi melibatkan berfantasi tentang perilaku paraphilic saat masturbasi, dan pada saat tepat sebelum orgasme, beralih fantasi untuk stimulus lebih dapat diterima, seperti sebagai mitra seseorang. Kepercayaan ini orgasme itu, sebagai sebuah sensasi kenikmatan, akan berfungsi untuk memperkuat fantasi seksual lebih diterima. Beberapa studi pengobatan terkendali dengan baik hasil yang telah diterbitkan, Namun, sehingga sulit untuk menentukan apakah jenis intervensi yang efektif. Sensitisasi Terselubung melibatkan berfantasi tentang perilaku paraphilic diikuti dengan membayangkan skenario berbahaya, seperti muntah, atau konsekuensi yang tidak diinginkan seperti yang ditemukan oleh keluarga. Hal ini belum jelas bagaimana teknik ini berhasil dalam menghilangkan perilaku meskipun beberapa laporan menunjukkan bahwa mereka dapat sangat sukses untuk beberapa pasien.

-      Intervensi farmakologis
Meliputi suplemen hormon atau obat-obatan psikotropika. Pengobatan hormonal ini dirancang untuk menghambat perilaku seksual menyimpang dengan mengurangi dorongan seksual dan gairah seksual.
Mereka adalah sebagai berikut:
1)      estrogen;
2)   medroksiprogesteron asetat (MPA), yang menurunkan plasma testosteron dan mengurangi sekresi gonadotropin;
3)   agonis hormon luteinizing hormone-releasing (LHRH agonis), yang menghasilkan setara farmakologi pengebirian oleh secara signifikan menghambat sekresi gonadotropin, dan
4)  antiandrogen seperti siproteron asetat (CPA), yang menghambat penyerapan dan metabolisme testosteron.
      Pengobatan hasil studi menunjukkan bahwa pengobatan ini efektif dalam mengurangi perilaku seksual menyimpang dengan ketentuan bahwa rejimen pengobatan dipertahankan, meskipun penelitian pengobatan yang lebih baik dikendalikan hasil yang diperlukan sebelum benar efektivitas perawatan ini dapat ditentukan. Obat psikotropika yang mempengaruhi sistem serotonin baru-baru ini telah digunakan untuk mengobati parafilia. Studi klinis menunjukkan bahwa SSRI seperti Prozac efektif dalam mengurangi gairah paraphilic dan mungkin efektif dalam mengarahkan kembali gairah untuk skenario yang lebih diterima secara sosial. Efektivitas SSRI dalam mengurangi fantasi paraphilic dan perilaku menunjukkan bahwa gangguan ini mungkin memiliki komponen obsesif-kompulsif, seperti SSRI yang sering digunakan untuk mengobati gangguan obsesif-kompulsif. Seperti dengan perawatan hormon, bagaimanapun, lebih studi pengobatan yang dikendalikan dengan baik hasil yang harus dilakukan sebelum benar efektivitas perawatan ini dapat ditentukan (Bradford, 2000)

2.7 Study Case from the book ‘Abnormal Psychology Core Concepts’
Mr.A seorang pria berusia 65 tahun yang merupakan seorang penjaga keamana, tertekan tentang istrinya yang keberatan ia mengenakan baju tidur nya di rumah. Pada malam hari, anak bungsunya sekarang telah meninggalkan rumah. Penampilan dan sikap, kecuali ketika dia berpakaian perempuan, selalu tepat maskulin, dan dia secara eksklusif heteroseksual. Kadang-kadang, lebih daripada 5 tahun terakhir, ia telah memeperlihatkan ketertarikan  mencolok pada pakaian wanita bahkan ketika berpakaian sebagai seorang pria, kadang-kadang celana perempuan yang ia kenakan ... Dia selalu membawa foto dirinya berpakaian sebagai seorang wanita.
           Ingatan pertamanya yang membuat ia tertarik dengan pakaian dalam  perempuan adalah mengenakan celana dalam adiknya pada usia 12, suatu tindakan disertai dengan gairah seksual. Dia terus secara berkala untuk mengenakan celana dalam  perempuan kegiatan yang selalu menghasilkan ereksi, kadang-kadang emisi spontan, kadang-kadang masturbasi ... Dia kompetitif dan agresif dengan anak lain dan selalu bertindak "maskulin". Selama bertahun-tahun hidup sendiri, dia selalu tertarik pada gadis-gadis.
           Keterlibatannya dengan pakaian perempuan adalah dari intensitas yang sama bahkan setelah pernikahannya. Dimulai pada usia 45, setelah paparan kesempatan untuk sebuah majalah disebut Transvestia, ia mulai untuk meningkatkan kegiatan cross-dressing. Dia belajar ada orang lain seperti dirinya, dan ia menjadi lebih dan lebih sibuk dengan pakaian perempuan dalam fantasi dan berkembang secara periodik yang berganti sepenuhnya sebagai seorang wanita. Baru-baru ini ia telah menjadi terlibat dalam jaringan waria ... sesekali menghadiri pesta waria.
           Meskipun masih berkomitmen untuk pernikahannya, seks dengan istrinya telah menyusut selama 20 tahun terakhir karena  pikiranya  tertarik dan menjadi semakin terpusat pada cross-dressing ... Dia selalu memiliki dorongan meningkat untuk berpakaian seperti seorang wanita saat sedang stres, yang  memiliki efek penenang. Meski ini mampu membantu mengatasi stressnya namun ia merasa sangat kecewa dan frustasi ...
           Karena gangguan dalam kehidupan awal, pasien selalu berharga dengan ketabahan istri dan anggota keluarganya. Dia mengatakan kepada istrinya tentang praktek cross-dressing ketika mereka menikah, dan dia menerima selama dia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Namun demikian, ia merasa bersalah ... dan secara berkala ia berusaha untuk meninggalkan praktek. Anak-anaknya menjadi penghalang untuk memberikan kebebasan kepada dorongan hatinya. Setelah pensiun, dan tidak adanya anak-anaknya, ia menemukan dirinya lebih tertarik untuk cross-dressing, lebih dalam konflik dengan istrinya, dan lebih tertekan.



Sumber : ransvestic fetihism

Minggu, 14 Juli 2013

Aku pencuri Celana Dalam (2)

Setiap ada kesempatan, sejak saat itu aku selalu berpesta pora dengan baju-baju kotor penghuni kos Dudi, aku benar-benar ketagihan dengan bau memek Mbak-Mbak itu, bau khas ketiak masing-masing, bau apek keringat baju dalam setelah seharian kerja. Untuk anak seusiaku yang baru tumbuh pesat gelora nafsu sexnya, mungkin aku merasa beruntung karena dengan bayanganku sudah bisa membaui, menjilati, menciumi seluruh tubuh bahkan sampai ke liang-liang vagina gadis-gadis cantik itu.

Tidak jarang karena kesempatan di rumah Dudi terbatas, maka aku membawa pulang sepotong dua potong celana dalam dari keranjang baju kotor itu ke rumah, kugantikan celana dalamku dengan celana dalam wanita 'pinjamanku', rasanya lebih nyaman dan menggairahkan hidupku saat kupakai.

Sebelum aku membawa pulang salah satu celana dalam Mbak-Mbak cantik calon 'korbanku', terlebih dahulu aku harus mengetahui jadwal mencuci mereka, sehingga bila jadwal mencuci mereka Minggu, maka aku dengan bebas 'meminjam celana dalam itu' sebelum hari Minggu. Tetapi meskipun jarang sekali, ada juga yang tiba-tiba mengubah jadwal mencucinya sehingga aku kelimpungan juga saat akan mengembalikan celana dalam itu, waktu kuambil dari keranjangnya masih terlihat bertumpuk baju kotor lainnya, saat kukembalikan terlihat kosong. Aduh! Pasti dia mencari-cari dong! Aku takut kalau dia merasa kehilangan lantas mengamankan keranjang baju kotornya dengan mengunci di dalam kamar, sial bener kan?

Untunglah mereka kelihatannya tidak terlalu peduli, apalagi kalau koleksi celana dalamnya mirip-mirip gitu, aku bisa mengembalikan di jadwal mencuci minggu depannya. Tapi aku tetap harus hati-hati kan? Yang paling mengasyikan adalah bila ada salah satu penghuni kos yang akan pindah keluar, maka bisa dipastikan celana dalam kotornya akan kusikat untuk kenang-kenangan, so informasi dari Dudi sangat membantuku mengetahui siapa saja yang akan pindah kos.

Setelah koleksiku ada belasan dan aku sudah hampir lulus SMP, kebiasaanku mengoleksi celana dalam kuhilangkan, takut ketahuan ibuku, apalagi Ibuku saat aku semakin dewasa semakin rajin menggeledah kamarku, ah malas kalo tiap hari perasaan ini menjadi was-was terus, lagipula celana dalam Mbak Lina, Mbak Dian, dan lainnya sudah berkurang kekuatan 'magis'nya untuk meletupkan birahiku. Apa mungkin bau spermaku yang mendominasi ya? Aku lebih suka 'pinjam' saja, meskipun kisah selanjutnya di bawah ini kadang menjadikanku harus merasa jadi seperti 'pencuri'.

*****

Saat ini, aku sudah duduk di bangku kuliah, kenangan saat remaja itu kambuh lagi, tentu dengan pengetahuan dan fantasi yang jauh lebih lengkap, sekarang bila aku mendapatkan celana dalam kotor, tak akan kucoba untuk memakainya (jarang, habis celana dalam sekarang mungil-mungil takut sobek, sedang badanku sekarang 3 kali lipat lebih besar daripada yang dulu, begitu juga kontolku, haha).

Kugenggam erat dan kulipat sedemikian rupa hingga seluruh celana dalam itu tertutup rapat dalam genggaman tanganku, aku merasa menguasainya dengan sempurna, semakin lembut bahan pembuatnya semakin kecil pula remasan yang bisa dilakukan. Setelah itu kuhirup seluruh aroma keringat mulai dari karet-karet berenda yang melingkar di antara lekuk pinggang wanita sampai pada lipatan paha yang biasanya basah oleh keringat itu, kemudian baru kuciumi seluruh permukaan bagian bawah celana dalam itu yang biasanya sedikit menyisakan lendir tipis menyegarkan, dan terakhir kujilati dengan rakus bagian selangkangan dengan sesekali menghirup udara sedalam mungkin untuk menangkap aroma kewanitaan yang ditinggalkan oleh si empunya celana dalam itu.

Kukocok dengan perlahan kemaluanku yang semakin mengeras dan kuusap-usapkan pada seluruh bagian celana dalam itu sambil merasakan kelembutannya. Sementara bila aku ada kesempatan untuk mendapatkan lebih dari satu celana dalam, maka yang satunya kusarungkan di kepalaku dengan bagian memek di dekat hidung, agar aroma yang mendebarkan itu memberikan rasa horny yang luar biasa, sesaat bila kocokanku semakin cepat maka kulepas celana dalam di kepalaku dan kunikmati lendir-lendir lezat yang ada di sekitar penutup memek itu dengan hirupan-hirupan 'maut'.

Saat pikiranku mulai memasuki zona nikmat, maka yang ada di benakku adalah jeritan pemilik celana dalam itu yang begitu terengah-engahnya melawan rasa nikmat saat lidahku mulai menjalari seluruh vaginanya meninggalkan ludah yang berceceran membasahi rambut-rambut kemaluannya, sehingga tampak segar menggairahkan. Kusedot dengan irama indah itilnya yang mulai mencuat dengan kelembutan yang perkasa.

*****

"Oh oh Tanto, benamkan seluruh wajahmu ke dalam selangkanganku!" teriak Shinta si pemilik celana dalam warna kuning motif kupu-kupu itu dengan memelas.
"Hirup dan jilat semua lendir yang keluar dari memekku ini tanpa tersisa sayangku, ahk ahk", ceracaunya menahan orgasme yang menyerangnya bertubi-tubi.

Sementara Ika pemilik celana dalam mungil warna hijau, dengan motif komik bocah bandel 'Shin Chan' mulai menyemangatiku..

"Sayang, ah betapa nikmat kemaluanmu mengaduk-aduk memekku yang mungil ini, ssh terus honey.. Ssh jangan berhenti cintaku.. Ohh oh".

Badan Ika terguncang-guncang keras naik ke atas dan ke bawah. Ika dengan postur tubuhnya yang mungil membuat seakan memeknya tertancap sesak di kemaluanku yang begitu besar, sehingga badannya terombang-ambing mengikuti irama sodokan kemaluanku yang menyerang memeknya tak henti-henti, lantas aku menyuruhnya untuk merangkul erat pinggangku sambil mengulum dan menjilati puting susuku agar mulutnya yang juga mungil itu sedikit teredam mengaduh nikmat. Kecupan liar Ika membuat dadaku seolah ditato warna merah tua bergambar bibir mungil. Setelah berpacu dalam nafsu beberapa lama, maka aku mulai merasakan desakan nikmat dari kemaluanku ..

"Aah, manisku aku mau keluar nih!" teriakku histeris.
"Akh, kita juga sayang!" teriak mereka parau, mungkin otak yang mengatur suara mereka sepertinya konslet tak terkontrol karena keenakan.

Mereka mencaci, mencakar, menggigit dengan binal saat mencapai puncak kenikmatan..

"Setan kamu, sayangku, oh habiskan cepat! Minum kencingku juga lendirku, ahk oh oh akh!", umpat Shinta sambil menjambak rambut dan membenam-benamkan dengan kasar kepalaku ke dalam selangkangannya yang terbuka lebar penuh bulu itu.
"Aduh! Aduh! Sakit tau nggak! kemaluan Kakak brengsek, tapi enak!"

Kepala Ika dengan wajah imut menggemaskan tengadah ke atas sambil meringis sakit karena kemaluanku yang besar itu menghunjam tanpa ampun mengisi seluruh liang vaginanya yang masih perawan sampai sedalam-dalamnya sambil menyemburkan semprotan-semprotan peju hangat yang memenuhi rahimnya, rasa nikmat amat sangat saat orgasme mengalahkan nyeri koyaknya keperawanan Ika.

Aku menekan sekuat tenaga pantatku supaya hunjaman kemaluanku benar-benar sempurna mentok ke dalam vagina Ika yang sudah kepayahan sambil terus menahan pundak Ika agar badannya tidak terangkat ke atas seiring dengan hujaman terakhir kemaluanku yang menyemburkan sperma penghabisan.

Suasana menjadi hening, yang terdengar hanya erangan kami dan napas yang masih tersengal-sengal, bau keringat, peju, pipis, memek berbaur menjadi satu.

*****

Ahh, nikmatnya! Surut sudah fantasiku, kemaluanku melemas bahagia, samar celana dalam Ika yang baru lulus bangku SMP itu tergolek seolah tak berdaya di dekat selangkanganku dengan lelehan cairan putih kental spermaku membasahi seluruh bagian bawah celana dalam itu. Sementara celana dalam kotor Shinta yang berpantat padat lagi indah itu, masih terjejal di mulutku.

Aku mencuri celana dalam wanita itu dari dalam tas mereka, saat Shinta adik tingkatku yang menjadi kakak pembina pramuka dengan salah satu binaannya bernama Ika, menitipkan tas mereka di mobilku karena Shinta harus mencari penjemput Ika yang terlambat datang. Mereka baru saja menyelesaikan acara perkemahan selama 3 hari di samping kampusku.

Pada saat mengambil dari dalam tasnya, sebenarnya aku hanya ingin menciumi celana dalam kotor Shinta dan Ika, yang aku yakin aromanya pasti sungguh kuat menggairahkan, karena dengan jadwal perkemahan yang padat pastilah mereka enggan menganti celana dalam dan bra, belum lagi resapan keringat aktif mereka, ahh kebayang nggak sih? Mmh.. Sungguh sedap.

ALAMAK! Sungguh kaget aku, saat Shinta dan Ika tiba-tiba mengambil tasnya yang datang dari arah belakang, aku pikir mereka masih lama mencari penjemput Ika, untung branya masih urung aku ambil juga, apa jadinya saat kutarik bra itu lantas tas itu tiba-tiba diambil oleh pemiliknya, idih malu amit!

Akhirnya celana dalam yang telanjur aku ambil dan kusembunyikan di kantong belakang kursi mobil kubawa pulang, so meledaklah fantasiku seperti cerita di atas saat aku berada di dalam kamarku. Aku hanya berharap mereka tidak merasa kehilangan satu benda keramat mereka. Shinta dan Ika yang kutahu adalah anak orang kaya, so mereka pasti punya pembantu dong, jadinya saat pakaian kotor itu dibongkar dari tas mereka, tanpa sempat mereka lihat lagi, perkiraanku langsung diusung oleh pembantunya, nah karena tidak mencuci sendiri, mudah-mudahan mereka tidak tahu kalau ada yang hilang, apalagi cuma sebuah celana dalam. Ah bodo ah! Aku sudah jadi maling, maling celana dalam wanita. Dan setiap saat bila ada kesempatan maka aku bisa jadi "calon" pencuri lagi bila gagal mengembalikan 'daleman' wanita yang (sedianya) hanya aku pinjam.

Sebelum aku mengenal dunia internet, aku merasa menjadi orang 'antik' dengan kebiasaanku, tetapi ternyata diinternet celana dalam kotor saja diperdagangkan bebas, ada komunitasnya lagi, sehingga aku sekarang tidak 'terlalu' merasa lain sendiri, ternyata banyak juga pelaku seks menyimpang seperti yang kualami dan dialami juga oleh orang lain, bahkan lebih parah.

Bolehkah saya mengusulkan kepada para pembaca untuk membuat komunitas kaum fetish? Hanya untuk sekedar bertukar cerita atau bahkan mungkin bisa saling bertukar koleksi, rasanya nyaman bila aku bisa berdiskusi dengan sesama penyuka 'daleman' bekas pakai baik yang kelas ringan maupun kelas berat.

Ketertutupan 'penyuka daleman' (fetish) ini di negara kita memang menghambat komunikasi antar kaum fetish, sebagai awalan saya akan membuat milis bagi kaum fetish yang terbuka juga untuk umum yang ingin lebih memahami tentang kita, biar masyarakat lebih paham akan penyimpangan kita dan tidak menjadikan itu sebagai suatu keresahan tetapi justru kemakluman, di situ kita bisa bicara apa saja mulai dari kisah kita sendiri sampai dengan informasi apa dan siapa saja, Mbak, adik atau tante yang bersedia menjual celana dalam bekas pakainya atau apa saja yang diburu penikmat fantasi seksual ini.

Daripada nyolong lantas digebuki seperti di berita koran, eh ternyata celana dalam doang yang dicolong! Nggak keren amat! ;-D Ah.. Jangan sampai deh..


Tamat